Thursday, April 29, 2010

Soerabadja Tempo Doloe: Tak Lekang Oleh Waktu



Eittts,,, judul diatas terkait "Tak lekang oleh waktu" bukan sebuah judul lirik salah satu band terkenal di Indonesia ya... ?!!!! :) hehehhe... Jika kita mendengar kata "Surabaya" tentu tidak luput dari kotanya yang penuh dengan Sejarah. Hal ini dapat terlihat dengan banyaknya bangunan belanda dulu yang masih tampak di beberapa sudut dan sepanjang jalan kota Surabaya. Dengan bangunan ciri khasnya yang bergaya Eropa. Tentunya sangat lekat dan menjadi ciri khas kota Surabaya sebagai kota sejarah yang penuh dengan kenangan. Alias ini baru boleh dibilang: Tak lekang oleh waktu.

Surabaya yang dulu dikenal dengan sebutan Soerabadja memiliki 169 bangunan cagar budaya yang memiliki sejarah tersendiri. Bagunan cagar budaya merupakan warisan yang harus dilindungi. Bangunan bersejarah di Surabaya juga merupakan bukti bahwa kota ini layak menyandang sebagai kota pahlawan.

Sebelumnya telah ada 167 bangunan yang ditetapkan sebagai Cagar Budaya. Sebanyak 61 bangunan ditetapkan pada tahun 1996 dan 102 bangunan ditetapkan pada tahun 1998. Adapun empat lainnya, ditetapkan pada tahun 2009, yakni Lapangan Golf Ahmad Yani, Gedung Gelora Pantjasila, Kolam Renang Brantas, dan gedung Perkumpulan Olah Raga Embong Sawo. Berikut beberapa foto Soerabadja tempoe dulu :

GEDUNG LINDETEVES

Pada zaman Belanda, gedung yang terletak di pojok Jalan Pahlawan dengan jalan Kebun Rojo Surabaya ini dikenal sebagai gedung NV.Lindeteves. Dalam dokumentasi “Surabaya Tempo Dulu”, foto ini diambil tahun 1930. Sekarang gedung ini digunakan sebagai gedung Bank Mandiri dan sebelumnya pernah dipakai oleh Bank Niaga. Pemerintah Kota Surabaya, mencatat gedung ini sebagai salah satu “cagar budaya” di Kota Surabaya. (dok: Yousri)

KAWASAN KEMBANG JEPUN

Jalan Kembang Jepun tahun 1930, difoto dari Gedung Internatio – Jembatan Merah – gerbang Barat. (dari Surabaya Tempo Dulu, dok: Yousri)

GERBANG Jalan Kembang Jepun darI arah Timur dengan gaya tradisional China di tahun 1930-an. Gerbang ini pernah dirubuhkan dan saat di Jalan Kembang Jepun itu diadakan kegiatan Kya-Kya, yaitu pasar makanan pada malam hari tahun 2005-2007, gerbang khas China dibangun kembali, (dok Yousri – dari Surabaya Tempo Dulu)

JALAN PAHLAWAN

Dulu Jalan Pahlawan Surabaya ini bernama Alun-alun Straat. Foto diambil tahun 1930. Masih terlihat ada rel trem listrik, kendaraan dokar dan mobil pada zaman itu. Sekarang semua sudah berubah. (dok:Yousri – dari Surabaya Tempo Dulu)

dan ini adalah akhirnya.

GEDUNG Raad van Justitie (Pengadilan Tinggi) di Zaman Belanda, di Jalan Pahlawan (Alun-alun Straat) pada perayaan HUT Ratu Wilhelmina tanggal 31 Agustus 1935. Ada acara karnaval dan pawai yang disaksikan rakyat yang memenuhi sepanjang jalan, viaduk jalan-jembatan pelintasan kereta api, bahkan sampai ke puncak gedung kantor Gubernur Jawa Timur di seberangnya. Pada zaman Jepang, gedung ini berubah fungsi menjadi Markas Polisi Militer (Kenpetai) dan sekarang sudah hancur. Di atas lahan ini berdiri kokoh Tugu Pahlawan untuk memperingati peristiwa heroik 10 November 1945. Tugu Pahlawan ini diresmikan oleh Presiden RI pertama Ir..Soekarno tanggal 10 November 1952 dan di bawahnya dibangun pula Museum (bawah tanah) Tugu Pahlawan yang mengoleksi berbagai peninggalan masa perjuangan tahun 1945. (dok: Yousri dari Surabaya Tempo dulu).

Gedung Kantor Gubernur Jatim
Gedung Kantor Gubernur Jawa Timur di Jalan Pahlawan (Alun-alun Straat) Surabaya tanggal 31 Agustus 1935 ramai sekali, selain di jalan raya dan viaduk (jembatan) kereta api, gedung sampai ke atas atap kantor gubernur ditempati pengunjung yang menyaksikan upacara, pawai dan karnaval. (dok: Yousri dari “Surabaya Tempo Dulu”)

Tentunya masih banyak lagi gambar bangunan Belanda yang bersejarah dan menjadi ciri khas kota Surabaya. Lalu, akankah semua ini tinggal sejarah dan kenangan??!! Tentu tidak !! Bangunan ini patut untuk dilestarikan keberadaan nya. Karena sejarah bukan hanya untuk dikenang, tapi juga untuk dilestarikan.

Nah, biar tak lekang oleh waktu, banyak hal yang bisa dilakukan. Untuk melestarikan warisan bersejarah tersebut, hingga kini dinas pariwisata sudah mulai melakukan upaya-upaya agar bangunan bersejarah ini tetap bertahan ditengah-tengah bangunan gedung kota Surabaya yang modern dan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia. Beberapa bangunan Belanda yang sudah dilakukan inovasi agar tidak ketinggalan jaman dan tetap eksis ditengah-tengah masyarakat diantaranya:

a. Monumen Tugu Pahlawan
Monumen yang merupakan simbol perjuangan Arek-Arek Suroboyo ini sengaja dibangun untuk mengenang semangat perjuangan Arek-Arek Suroboyo dalam mengusir penjajah. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Ir. Soekarno pada 10 November 1951, dan diresmikan pada 10 November 1952.

Dibangun dalam bentuk paku terbalik gedung yang terletak diantara JalanBubutan-Jalan Tembaan-Jalan Pahlawan-Jalan Kebon Rojo, dulunya lokasi ini merupakan bekas gedung Raad Van Justitie.

Memiliki ketinggian 40,45 meter , dengan diameter bawah 3,10 dan diameter atas 1,30 meter, bagian bawah monumen ini dihiasi ukiran bergambar trisula, cakra, stamba, dan padma sebagai simbol perjuangan.

b. Museum 10 November
Museum ini berada dibawah Tugu Pahlawan. Terdiri atas 2 lantai, di lantai 1 terdapat 10 gugus patung yang melambangkan semangat juang Arek-Arek Suroboyo. Selain itu, di lantai ini juga terdapat sosio drama pidato Bung Tomo serta ruang pemutaran film pertempuran 10 November 1945 (diorama elektronik) dan ruang auditorium.

Sementara, di lantai 2 digunakan sebagai ruang pamer senjata, reproduksi foto-foto dokumenter, dan koleksi peninggalan Bung Tomo. Terdapat pula ruang diorama statis yang menyajikan delapan peristiwa seputar pertempuran Sepuluh November 1945, lengkap dengan narasinya.
inya.

c. Monumen Jalesveva Jayamahe
Pendirian monumen ini digagas oleh Laksamana TNI Muhammad Arifin, seorang Kepala Staf TNI Angkatan Laut, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 5 Desember 1996, bertepatan dengan Hari Armada RI

Monumen yang menampilkan sosok perwira menengah TNI Angkatan Laut berpakain lengkap, membawa sebilah pedang, serta pandangan mengarah ke garis horisontal sambil berkacak pinggang ini memiliki ketinggian 31 meter di atas bangunan setinggi 29 meter.

Monumen yang didesain oleh pematung Nyoman Nuarta ini diharapkan dapat menambah semaraknya Ujung Surabaya. Karenanya, selain sebagai tetenger TNI AL, monumen yang bisa dilihat jelas dari Selat madura ini juga berfungsi sebagai mercusuar bagi kapal-kapal yang melintas di sekitarnya.




d. House of Sampoerna
Merupakan bangunan yang menjadi saksi pendirian sebuah pabrik rokok terbesar di Surabaya. Bangunan ini terletak di Surabaya sebelah utara dan memiliki arsitektur kuno. Sebenarnya bangunan yang megah ini dulunya adalah gedung pertunjukan, yang kemudian digunakan sebagai pabrik.

Di dalam bangunan yang kini telah diubah fungsi menjadi museum ini, kita bisa menyaksikan kisah dan kesusksesan Sampoerna. Di samping iru, kita juga bisa menyaksikan kota Surabaya tempo dulu melalui beberapa ilustrasi yang digunakan.

e. Balai Pemuda
Dulu gedung ini digunakan oleh orang Belanda untuk ajang berkumpul. Sekarang digunakan sebagai gedung pariwisata yang menjual aneka aksesoris dan kerajinan. Disamping itu, sebagai pertunjukan live music dalam rangka event Surabaya. Gedungnya yang cukup luas juga biasanya digunakan sebagai resepsi pernikahan.


Bahkan, sejak tanggak 20 April 2010 kemarin. Kedutaan besar Belanda di Jakarta, mengundang sutradara film dokumenter Tie van der Horst dan timnya melakukan syuting filmnya berjudul Surabaya Treasury: Saved or Lost. Film yang sudah digagas sejak tahun lalu ini merupakan film dokumenter tentang arsitektur bangunan peninggalan Belanda di Surabaya. Dalam melakukan dokumentasi, tim ini juga meminta pakar tata kota dari Institut Teknologi 10 November (ITS) Surabaya Prof DR Johan Silas sebagai narator.

Prof DR Johan Silas mengatakan bahwa tujuan pembuatan film dokumenter ini dalam rangka untuk mendokumentasikan peninggalan Belanda di Indonesia, khususnya kota Surabaya yang masih tampak ciri khas bangunan Belanda nya. Disamping itu, yang paling utama bahwa pendokumentasian itu dilakukan dalam rangka memajukan pendidikan generasi muda. Belanda memang negara kecil, tapi sangat memperhatikan pendidikan generasinya. Karena, pendidikan adalah pintu utama untuk meraih mimpi dan cita-cita. Dan generasinya ingat akan sejarah.

Hal ini dapat terlihat dari banyaknya bangunan-bangunan sekolah Belanda yang masih eksis ditengah kota. Bahkan keberadaan nya masih dirasakan.
Bangunan sekolah pada masa Belanda
Salah satu sudut SMA Negeri Surabaya kini

Masih banyaknya bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang tak lekang oleh waktu hingga kini sebagai ciri khas kota Surabaya, tentunya tak luput dari peran serta masyarakat juga sebagai pemerhati salah satu cagar budaya bangsa Indonesia. Untuk itu, mari kita lestarikan bersama. Sekolah yuuk !! Untuk hidup yang tak bisa menunggu..

Sumber:
http://www.surabaya.go.id/wisata/index.php?id=24
http://rajaagam.wordpress.com/2008/10/06/foto-foto-surabaya-tempo-dulu/

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Review